rss

Senin, 19 April 2010

Syahadah






Dalam pengalaman empirik, kita juga lazim melihat terjadinya penerusan tugas kepada ahlinya. Misalnya, jika seorang guru sejarah meninggal, temntu pihak yang berwenang yang mengurusi pendidikan akan menunjuk orang lain yang ahli dalam sejarah untuk meneruskan tugas mengajar sejarah, dan tidak dibiarkan kosong tanpa guru dengan alasan sudah ada buku-buku tentang sejarah. Atau jika guru pengajar matematika meninggal, pihak yayasan pasti segera mennjuk orang yang ahli matematika untuk bertugas menggantikannya. Demikian pula jika seorang kepala desa tertentu meningal dunia, maka ia akan segera digantikan oleh orang lain dan tidak dibiarkan kosong tanpa kepala desa meskipun desa itu sudah memiliki aturan-aturan kedesaan. Logika kita mengatakan, tugas tidak ikut mati ketika pribadi yang mengemban tugas wafat. Jika dalam masalah-masalah ilmu (sejarah, matematika dll) atau dalam masalah urusan sosial politik selalu ada penerusan tugas dari pengemban tugas terdahulu kepada penerusnya, lebih-lebih dalam hal ilmu hakekat yang menjadi dasar membangun sebuah kepribadian yang normatif menurut arahan dan bimbingan maula, penerusan tugas merupakan bagian dari tuntutan ilmu hakekat itu sendiri.


Pelajaran lain tentang kehidupan yang dapat kita ambil dari Kitab Suci agama Islam, dan juga dalam agama-agama lain mapun dari beberapa faham falsafah, bahwa kehidupan manusia itu telah berlangsung semenjak sebelum alam empirik ini, dalam alam empirik ini, dan nanti setelah alam empirik ini. Mungkin kita bisa mengkonsepsikan dengan alam “pra empirik, masa empirik dan psot empirik”, atau dalam ungkapan lain yang lebih terkenal, dari alam dzar, alam dunia dan alam akherat. Sebuah garis kehidupan yang tidak terputus.

Manusia sebelum terlahir ke dunia empirik telah mengenal Tuhannya (syahadah), demikian informasi dari Al Quran. Dan kini kita mengantarkan manusia agar dapat mengenal kembali (Syahadah kepada Tuhannya) di saat hidup di alam empirik ini, Tuhan tidaklah membiarkan manusia dalam kebingungan mencari-cari Tuhannya sebagai dorongan fitrah manusia tanpa bimbingan dariNya, melainkan Dia mengutus salah satu dari hamba-hambaNya untuk tujuan mengingatkan manusia agar mengenal ulang Tuhannya sebagaimana dahulu di saat alam dzar mereka telah mengenal-Nya. Dan setelah menjalani kehidupan di alam empirik ini manusia yang bisa mengenal kembali Tuhannya melalui para RasulNya bisa bertemu lagi denganNya. Situasi bisa bertemu denganNya ini digambarkan sebagai puncak kebahagiaan manusia di kehidupan akherat nanti.

My Smoke

Jarum Black

000webhost

Web Hosting

Blog Archive

Berita Terbaru

show buzzz

 

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger
Powered By Blogger